PENDAHULUAN
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat pada era globalisasi, telah menyebabkan ketergantungan terhadap fungsi dan peran dirgantara semakin tinggi. Semua negara sudah merasakan dampak dari globalisasi tersebut. Globalisasi telah menyebar keseluruh dunia dengan hasil teknologi yang telah mempengaruhi kehidupan masyarakat dunia dan menimbulkan perubahan yang sangat mendasar dalam tatanan hubungan antar bangsa ini yang lebih banyak dikendalikan oleh negara-negara maju, serta hubungan kerja sama yang terus meningkat terasa kurang seimbang.
Indonesia tentunya tidak dapat melepaskan diri dari globalisasi ini, bahkan harus dapat berperan untuk mengamankan kepentingan nasional. Peran tersebut antara lain akan diwujudkan melalui upaya pembangunan kedirgantaraan. Pembangunan kedirgantaraan ditujukan pada perjuangan memperoleh pengakuan internasional atas hak penggunaan wilayah dirgantara nasional dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menghasilkan produk dan jasa kedirgantaraan. Dengan memperhatikan hal tersebut dan dengan mempertimbangkan kemampuan Indonesia dalam ilmu pengetahuan dan tekologi yang masih terbatas untuk itu perlu melakukan kerjasama dengan negara/pihak lain. Dalam perkembangan globalisasi, ketergantungan antar negara dalam semua aspek kehidupan di era globalisasi akan semakin kuat.
Ilmu pengetahuan dan teknologi dirgantara dewasa ini masih dikuasai oleh beberapa negara, terutama kelompok negara maju yang sangat protektif di dalam alih teknologi terhadap negara-negara lain di luar kelompoknya. Dengan adanya persaingan yang semakin meningkat seperti tersebut di atas, maka umumnya proteksi alih teknologi ini masih akan terus berlangsung, walaupun kadar proteksi bagi alih teknologi tertentu dapat berkurang dalam rangka menciptakan pasar yang lebih besar bagi penggunaan teknologi lain yang benar-benar diproteksi oleh negara maju.
Peluang yang tersedia dalam era globalisasi dan keterbukaan ini perlu dimanfaatkan sebesar-besarnya dalam meningkatkan kemampuan bangsa Indonesia dalam semua unsur-unsur yang terkait dengan pembangunan kedirgantaraan nasional. Untuk itu perlu diupayakan dalam menjalin hubungan kerjasama bilateral dan multilateral, baik regional maupun internasional yang tepat yang dipedomani cara pandang dan sikap bangsa Indonesia dalam pendayagunaan dirgantara dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan keamanan bangsa dan negara melalui fora internasional, baik dalam memperoleh dukungan maupun dalam mengembangkan potensi nasional dengan bantuan dari negara lain sebagai mitra sejajar. Dimana kerjasama ilmu pengetahuan dan teknologi dirgantara diarahkan untuk mendukung terwujudnya alih teknologi yang diperlukan dalam pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi pertahanan kedirgantaraan yang dibutuhkan bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan peradaban, serta ketangguhan dan daya saing bangsa guna memacu Pembangunan Nasional yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan menuju masyarakat yang berkualitas, maju, mandiri serta sejahtera, yang dilandasi nilai-nilai spiritual, moral, dan etik didasarkan nilai luhur budaya bangsa serta nilai keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa melalui pendidikan dan pelatihan, peningkatan kegiatan penelitian dan pengembangan untuk peningkatan kualitas produk dan mengetahui tuntutan pasar, pengembangan agro industri utamanya industri kehutanan, industri kelautan, dan industri kepariwisataan, serta pengembangan produk-produk unggulan bukan hanya karena kualitas yang baik tetapi juga karena keunikannya, dan peningkatan pemasaran utamanya di pasar internasional sehingga memiliki keunggulan kompetitif.
KEBUTUHAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DIRGANTARA
Kehadiran ilmu pengetahu an dan teknologi modern seperti listrik, teknologi nuklir, bioteknologi, komputer, radio telekomunikasi dan teknologi antariksa merupakan kemajuan yang dihasilkan dalam abad ini. Kemajuan dalam bidang teknologi dirgantara telah mendorong kemajuan di berbagai bidang seperti telekomunikasi, pendidikan, pertani- an, kehutanan, pertambangan dan energi, pertumbuhan industri, manajemen sumber daya alam, kesehatan, lingkungan dan sebagainya. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi akan meningkatkan kemandirian serta daya saing bangsa sehingga akan berdampak pada kuatnya ketahanan nasional dalam menghadapi dinamika lingkungan strategis.
Indonesia telah cukup lama memperoleh manfaat yang besar dari aplikasi teknologi dirgantara seperti transportasi udara, telekomunikasi, penginderaan jauh, observasi bumi dan lingkungan, navigasi, geodesi dan sebagainya. Terkait dengan permasalahan tersebut, teknologi dirgantara telah memberikan banyak manfaat yang salah satunya adalah pemanfaatan teknologi satelit untuk penginderaan jauh (remote sensing). Teknologi penginderaan jauh tersebut memberikan berbagai informasi vital terkait dengan pertanian, kehutanan, manajemen lahan, pemetaan laut, perikanan, pengamatan lingkungan, pendugaan mineral dan manajemen banjir dan bencana alam. Integrasi dari data-data vital yang diperoleh dari antariksa tersebut dengan data sosio-ekonomi menghasilkan strategi bagi pembangunan berkelanjutan di Indonesia secara terintegrasi pada semua aspek kehidupan.
Beberapa negara berkem bang seperti India dan China telah membangun kapabilitasnya dalam penguasaan teknologi dirgantara dengan membangun wahana antariksa berupa satelit untuk keperluan penginderaan jauh dan telekomunikasi beserta peluncur satelit secara mandiri. Suksesnya penguasaan dan penggunaan teknologi dirgantara yang dilakukan oleh kedua negara tersebut telah mendorong banyak negara berkembang di Asia lainnya untuk mengikuti jejaknya.
PEMANFAATAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DIRGANTARA
Dalam pemanfaatan keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia aplikasi teknologi dirgantara memainkan peran yang sangat besar. Menyadari kebutuhan aplikasi teknologi dirgantara tersebut, Indonesia telah cukup lama menggunakan dan memanfaatkannya bagi pembangunan bangsa seperti transportasi udara, telekomunikasi, penginderaan jauh, observasi bumi dan lingkungan, navigasi, dan geodesi. Adanya transportasi udara antar wilayah di Indonesia telah memudahkan hubungan antar penduduk dan memacu kegiatan ekonomi antar wilayah dengan cepat. Bahkan menyadari akan kebutuhan akan modal transportasi udara yang begitu efektif dan cepat menjangkau daerah-daerah, Indonesia pun telah mendirikan industri pesawat terbang yang menjadi salah satu kebanggaan nasional. Selain itu sebagai negara berkembang pertama di dunia yang menggunakan satelit komunikasi domestik, aplikasi teknologi tersebut memberikan manfaat yang sangat besar pada komunikasi antar wilayah Indonesia, penyebarluasan informasi, peningkatan kegiatan ekonomi dan menjadi perekat wilayah Indonesia. Dengan adanya otonomi daerah saat ini maka diharapkan penggunaan telekomunikasi di daerah terpencil pun akan semakin meningkat.
Di samping itu, aplikasi teknologi navigasi satelit memberikan manfaat sistem pemanduan berbagai modus transportasi, akurasi posisi dan penentuan ketinggian wilayah. Aplikasi teknologi penginderaan jauh memberikan berbagai informasi vital terkait dengan pertanian, kehutanan, tata ruang, manajemen lahan, pemetaan laut, perikanan, pengamatan lingkungan, pendugaan mineral dan manajemen banjir serta bencana alam. Analisis yang dilakukan berdasarkan pada Integrasi data-data vital yang diperoleh dari antariksa dan data sosio-ekonomi menghasilkan strategi yang sangat penting bagi pengelolaan sumber daya alam, khususnya pada pengelolaan program ketahanan pangan dan penyediaan energi. Pada program ketahanan pangan data-data yang diperoleh tersebut bermanfaat pada pendugaan iklim dan cuaca, pendugaan luas panen, penentuan areal lahan pertanian, dan penentuan lokasi pencarian ikan.
Dalam upaya pencarian sumber-sumber baru energi dan mineral, teknologi dirgantara merupakan satu di antara berbagai teknologi yang digunakan. Penggunaan teknologi dirgantara yang paling sederhana yaitu pemotretan permukaan bumi dari udara dan yang mutakhir yaitu altimetri satelit dan interferometri sistem penentu posisi global (GPS) dapat digunakan untuk menentukan posisi dari pasukan serta mencari sumber-sumber baru energi dan mineral. Di samping itu, pencitraan permukaan bumi dengan berbagai teknologi penginderaan jauh menggunakan satelit merupakan peningkatan dari pemotretan udara yang sering terganggu oleh oleh awan. Hasil analisis citra tersebut digunakan untuk melakukan pemutahiran peta geologi atau keperluan penelitian untuk menemukan sumber-sumber baru energi dan mineral dan aspek-aspek lingkungan. Analisis pergerakan sesar-sesar aktif dengan menggunakan metoda interferometri satelit GPS juga dapat digunakan untuk meminimalisasi dampak seandainya terjadi gempa.
Selain kebutuhan aplikasi penginderaan jauh dalam pencarian sumber-sumber baru energi, aplikasi teknologi dirgantara lain yang memanfaatkan sumber energi terbaharukan seperti energi angin dan energi matahari juga perlu dikembangkan. Teknologi konversi energi angin dan energi matahari sebagai alternatif sumber energi yang mudah dan ramah lingkungan telah dikembangkan oleh banyak negara di dunia dalam mengantisipasi kekurangan energi dari sumber mineral. Sebagai negara dengan posisi di katulistiwa yang memiliki sumber energi angin tidak terbatas dan matahari yang bersinar sepanjang tahun, penelitian dan pengembangan sumber energi alternatif tersebut sangat layak dikembangkan. Penelitian dan pengembangan konversi energi angin bagi kebutuhan energi perahu-perahu nelayan pun telah dikembangkan LAPAN dan berhasil dengan baik sehingga diharapkan penggunaan energi angin dan matahari akan semakin meluas dan berkembang.
Berkaitan dengan posisi geografis, geostrategis dan geopolitis yang dimiliki oleh Indonesia maka kebutuhan akan perlindungan dan mempertahankan kepentingan terhadap bumi, laut dan ruang udara di atas Indonesia dalam lingkungan strategik global yang sangat dinamis mutlak dilakukan. Adanya Infiltrasi satelit asing terhadap pemantauan wilayah serta sumberdaya alam di Indonesia dan pencurian ikan senilai ratusan milyar rupiah per tahun oleh kapal-kapal asing karena kurangnya pemantauan adalah salah satu masalah penting yang harus dihadapi. Disamping itu, masalah air blank spot area di kawasan timur Indonesia yang menyebabkan mudah masuknya pesawat-pesawat asing ke dalam wilayah Indonesia, masalah di wilayah perbatasan dan potensi masalah hankam nasional lainnya tefah memberikan gambaran betapa pentingnya kebutuhan akan teknologi dirgantara. Oleh karena itu, aplikasi teknologi dirgantara seperti aplikasi satelit sebagai alat pemantauan baik terhadap kapal-kapal asing maupun terhadap wilayah perbatasan, pengembangan teknologi peroketan sebagai wahana peluncur satelit maupun untuk pengumpulan data cuaca, pengembangan iptek untuk optimalisasi manajemen sistem kedirgantaraan, pengembangan teknologi pesawat terbang berawak maupun tidak berawak baik amphibi maupun non amphibi bagi keperluan transportasi antar pulau (terutama wilayah perbatasan dan tempat terpencil), keperluan pertahanan, dan penggunaan teknologi radar sebagai peringatan dini harus mendapatkan perhatian dan prioritas utama.
Meskipun telah lama menggunakan teknologi dirgantara bagi pembangunan namun bangsa Indonesia belum sepenuhnya menguasai teknologi dirgantara tersebut dalam peningkatan teknik produksi kedirgantaraan yang ditujukan untuk meningkatkan proses produksi dan mutu produk kedirgantaraan yang lebih efisien dan efektif, meningkatkan produktivitas tenaga kerja, serta pengembangan proses pertambahan nilai dalam menghasilkan barang dan jasa. Dengan kata lain, Indonesia masih sangat bergantung pada aplikasi teknologi dirgantara yang dikembangkan oleh negara lain. Ketergantungan terhadap negara lain tersebut dalam situasi tertentu akan menyebabkan masalah yang sangat besar dalam pembangunan dan pertahanan keamanan nasional. Mengingat sangat strategisnya penguasaan teknologi dirgantara tersebut bagi kepentingan nasional, maka program penguasaan teknologi ini dapat dilakukan dengan menggalang dan mengoptimalkan seluruh kemampuan komponen bangsa, melakukan kerjasama dengan negara lain dalam proses alih teknologi, pendanaan dalam negeri yang inovatif dan penyiapan perangkat-perangkat yang diperlukan, seperti undang-undang tentang keantariksaan dan sikap bangsa terhadap MTCR (Missile Technology Control Regime). Pentingnya kebutuhan Penguasaan teknologi dirgantara karena perannya yang sangat besar bagi pembangunan juga akan meningkatkan kemandirian, daya saing dan kekuatan nasional. Sebagai salah satu ukuran kemajuan suatu bangsa, penguasaan teknologi dirgantara secara strategis dan politis akan menjadikan Indonesia memiliki daya saing tinggi dalam lingkungan global.
Kegiatan pengembangan teknologi dirgantara ditujukan pada usaha mengkaji, menerapkan, dan mengembangkan cara, metode, teknik dan piranti rekayasa baru yang efisien dan efektif untuk mengintegrasikan kemajuan iptek bagi keperluan pengembangan kemampuan rancang bangun dan pelaksanaan produk barang dan jasa, baik untuk menyempurnakan produk barang dan jasa yang telah ada maupun membangun yang baru. Tujuan utama kegiatan pengembangan teknologi dirgantara adalah untuk meningkatkan sektor industri dalam menghasilkan barang dan jasa yang memiliki unjuk kerja dan tingkat harga yang kompetitif seiring dengan tujaun mendorong keberhasilan dalam pemecahan masalah pembangunan bagi daerah yang tertinggal dan penduduk miskin. Dengan demikian teknologi akan mencakup upaya untuk mengkaji dan menerapkan kemajuan teknologi yang telah berkembang dan diterapkan secara efektif di negara-negara maju, serta meneliti dan mengembangkan pengintegrasian kemajuan ilmu pengetahuan terapan dan ilmu pengetahuan dasar bagi keperluan meningkatkan daya guna teknologi tersebut serta mengadaptasi teknologi tersebut di berbagai macam aplikasi.
Dalam penguasaan teknologi dirgantara tersebut perlu memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut :
• Pembinaan dan peningkatan Sumberdaya Manusia (SDM);
• Penyediaan/pemanfaatan fasilitas penunjang penguasaan teknologi dirgantara yang diperlukan (laboratorium, sistem pendidikan, fasilitas produksi dan perawatan, navigasi, komunikasi, testing area dll.);
• Koordinasi dan komunikasi antar stakeholder yang efektif dan efisien;
• Sumber dana (BUMN, swasta, kemitraan BUMN dan swasta).
Dalam hal penguasaan teknologi pembuatan pesawat terbang, bangsa Indonesia dapat dikatakan telah berhasil mengurangi tingkat ketergantungan teknologi kedirgantaraan pada negara lain. Keberhasilan pembuatan pesawat terbang N-250, dan juga pesawat CN-212 dan CN-235 bersama CASA Spanyol, merupakan bukti nyata keberhasilan Indonesia dalam mewujudkan penguasaan teknologi pembuatan pesawat terbang. Namun demikian, keberhasilan ini kurang diimbangi oleh keberhasilan dalam penguasaan teknologi pembuatan satelit, roket dan wahana antariksa lainnya. Bangsa Indonesia masih harus tergantung pada negara lain untuk penguasaan teknologi antariksa dan roket. Hal yang sama juga terjadi pada teknologi pembuatan sistem navigasi dan panduan terbang yang mutakhir. Untuk mencapai kemandirian bangsa dalam penguasaan dan pengembangan teknologi pembuatan satelit dan roket yang sekaligus akan mempertinggi daya saing bangsa dalam pengembangan teknologi kedirgantaraan, maka tingkat ketergantungan teknologi kedirgantaraan dengan negara asing harus semakin diminimalkan.
OPTIMALISASI KEMAMPUAN KOMPONEN BANGSA
Pembangunan kedirgan taraan akan bermanfaat besar dalam peningkatan kesejahteraan dan perlindungan kepentingan bangsa jika dilakukan berdasarkan kebijaksanaan yang tepat dan pelaksanaannya didukung oleh berbagai pihak, seperti institusi finansial dan perlindungan hukum baik di tingkat nasional maupun di tingkat internasional. Sehubungan dengan hal tersebut maka seluruh komponen bangsa perlu dilibatkan dengan menyatukan kemampuan nasional secara maksimal. Adanya lembaga riset kedirgantaraan serta kalangan swasta yang bergerak dalam aplikasi teknologi kedirgantaraan merupakan potensi awal yang tepat dalam menyatukan kemampuan komponen-komponen tersebut dalam rangka penguasaan teknologi dirgantara.
Optimalisasi kemampuan komponen-komponen bangsa dapat dilakukan dengan mengadakan koordinasi lintas institusi baik pemerintah maupun swasta yang terkait. Dukungan masyarakat menjadi teramat penting bagi program penguasaan teknologi dirgantara secara baik dan berkelanjutan. Selain itu, diharapkan pula adanya dukungan politis yang besar dari pihak pemerintah dan legislatif. Dukungan-dukungan tersebut dapat dilakukan dengan penyediaan anggaran dan pembangunan infrastruktur teknologi dirgantara yang lebih baik dan memadai. Sinergi strategis yang menjadi sebuah komitmen nasional tersebut akan menjamin pelaksanaan program penguasaan teknologi dirgantara secara berkesinambungan sehingga manfaat teknologi dirgantara dapat dirasakan lebih baik dalam menunjang pembangunan nasional.
Perumusan kebijaksanaan yang tepat dan terjaminnya koordinasi melalui networking di antara institusi yang terkait di atas perlu dilakukan dengan tepat dan efektif. Terkait dengan fungsi tersebut maka DEPANRI sebagai suatu dewan tingkat tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintah dalam penanganan kebijaksanaan, koordinasi dan kebijakan perlindungan upaya-upaya pembangunan dan penguasaan teknologi kedirgantaraan diharapkan dapat lebih ditingkatkan peran dan fungsinya. Dengan peningkatan peran dan fungsi DEPANRI tersebut maka diharapkan sinergi yang terjadi akan mendorong percepatan penguasaan teknologi dirgantara.
KERJASAMA DALAM RANGKA ALIH TEKNOLOGI
Sebagai salah satu instansi penelitian dan pengembangan, Balitbang Dephan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dirgantara mengadakan kerjasama baik antar institusi di dalam negeri maupun dengan institusi negara lain yang memiliki keinginan yang sama dalam pemanfaatan teknologi dirgantara. Dimana Balitbang Dephan sedang mengembangkan teknologi dirgantara yang berhubungan dengan pemanfaatan GPS untuk menentukan posisi pasukan, Pesawat Terbang Tanpa Awak serta laboratorium tentang aplikasi data penginderaan jauh (Inderaja). Selain Balitbang Dephan untuk pengembangan teknologi kedirgantaraan tersebut diatas didukung oleh sarana dan prasarana yang tersebar pada berbagai instansi, seperti PUSPIPTEK I di Serpong yang telah dimanfaatkan untuk mendukung pengembangan industri pesawat terbang dan industri komponen lainnya. Untuk meningkatkan pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan iptek, serta sekaligus untuk keperluan pengembangan industri dirgantara, saat ini sedang dipersiapkan pembangunan PUSPIPTEK II Dirgantara di Bandung. PUSPIPTEK II ini juga akan merupakan fasilitas pendukung untuk penyelenggaraan pendidikan iptek dirgantara (pemerintah dan swasta) yang memerlukannya. Juga sedang dipelajari untuk membangun PUSPIPTEK III Antariksa di Parepare (Sulawesi Selatan) dan PUSPIPTEK IV Kemaritiman di Biak (Irian Jaya). Keempat PUSPIPTEK ini akan menjadi satu kesatuan dalam peningkatan kemampuan pemanfaatan, pengembangan, penguasaan iptek dan industri dirgantara. Untuk pengembangan pengetahuan tentang aplikasi data penginderaan jauh, berbagai laboratorium telah dioperasikan pada berbagai instansi, antara lain LAPAN, BAKORSUR TANAL, BPP Teknologi dan Dep. PU, serta di UGM dan ITB. Untuk pengembangan pengetahuan tentang kondisi dan dinamika atmosfer, telah dioperasikan Radar Angin (Wind Profilling Radar) dan Boundary Layer Radar di Biak, Boundary Layer Radar dan Meteor Wind Radar di Serpong, Global Atmospheric watch Station di Bukit Tinggi, Medium-Frequency (FM) Radar di Pontianak, Stasiun Peluncuran Balun Stratosfer di Watukosek (Jawa Timur), Stasiun Peluncuran Roket Sonda di Pameungpeuk (Jawa Barat)Untuk pengembangan pengetahuan astronomi telah dioperasikan beberapa tipe Teropong Bintang di Observatorium Boscha, Lembang. Dalam rangka meningkatkan teknologi pesawat terbang dan yang terkait yang sekaligus digunakan untuk pendidikan, sejumlah fasilitas telah dibangun dan dioperasikan di ITB. Untuk penguasaan teknologi peroketan, telah dimulai dengan pengembangan Remotely Piloted Vehicle (RPV) yang sekaligus akan melengkapi kemantapan industri dirgantara nasional untuk keperluan militer. Pengembangan RPV ini didukung oleh Lab. Termodinamika Motor dan Propulsi dan Lab. Mekanika di PUSPIPTEK I, Serpong.
Dimana Kerjasama dengan institusi negara-negara lain dalam rangka alih teknologi kedirgantaraan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan bentuk-bentuk kerjasama yang telah dijalin selama ini, seperti Kerjasama Selatan-Selatan (antar negara berkembang), Kerjasama Utara-Selatan (antara negara berkembang dengan negara maju) dan juga menggunakan kerjasama bilateral.
Sedangkan kerjasama dengan institusi negara-negara lain perlu dimanfaatkan dalam kerangka kerjasama sebagai berikut:
a. Kerjasama Teknik Antar Negara Berkembang (KTNB) yang selama ini telah dilakukan Indonesia secara aktif dengan penggunaan/pembiayaan dari pihak Indonesia maupun donor. Kegiatan yang telah dilaksanakan selama ini antara lain, pelatihan di bidang pertanian, keuangan dan lain-lain. Negara-negara sedang berkembang lainnya yang mempunyai teknologi kedirgantaraan seperti India cukup aktif dalam kegiatan pelatihan tersebut. Dalam hal ini penjajakan bersama dengan India untuk pelatihan dan saling tukar menukar keahlian/ teknologi kedirgantaraan dapat dilakukan lebih intensif.
b. Pemanfaatan forum-forum seperti GNB dan D-8. Turki misalnya sebagai salah satu anggota D-8 pernah menawarkan proyek kerjasama di bidang pengembangan teknologi penerbangan untuk pertanian.
Selain itu peningkatan kerjasama bilateral antar negara sedang berkembang (misalnya dengan China dan Polandia) dan dengan negara maju (antara lain dengan Jerman, Perancis dan Jepang) melalui pembentukan kerjasama di bidang kedirgantaraan juga dapat dilakukan. Disamping itu perlunya memanfaatkan secara lebih maksimal perjanjian-perjanjian kerjasama teknis yang telah ada di bidang kedirgantaraan dengan negara-negara lain.
Pembentukan suatu pilot project di bidang kedirgantaraan melalui kerjasama dengan negara berkembang dan negara maju maupun dalam forum organisasi internasional maupun multilateral. Hal lain yang perlu dilakukan adalah promosi kemampuan teknologi kedirgantaraan Indonesia kepada negara-negara berkembang melalui forum multilateral (seperti GNB, OKI) untuk memperkenalkan produk Indonesia yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan pasar produk penerbangan Indonesia.
PENDANAAN
Untuk mensukseskan program penguasaan teknologi dirgantara nasional diperlukan dukungan komitmen pendanaan dari pemerintah. Seperti diketahui bahwa suksesnya penguasaan teknologi dirgantara oleh negara-negara di dunia seperti Amerika Serikat, Rusia, Eropa, Jepang, China dan India didukung oleh komitmen pemerintahnya dalam bentuk pendanaan yang cukup besar. Menyadari akan kebutuhan dan peran strategis teknologi dirgantara tersebut India yang masih menjadi negara berkembangpun memberikan komitmen baik secara politis maupun dukungan pendanaan yang sangat besar pada pada penguasaan teknologi dirgantara.
Oleh karena itu peran pemerintah sebagai sumber pendanaan pada saat ini dan di masa mendatang sangat diperlukan dan mempunyai peran strategis serta menentukan terutama terkait dengan (1) Litbang, (2) Alih teknologi dan (3) Pendidikan. Di samping itu peran pendanaan pemerintah sangat berperan dalam proyek pengembangan pemanfaatan teknologi dirgantara yang belum atau tidak dapat dijangkau swasta misalnya teknologi tele-medicine dan tele-education bagi peningkatan taraf hidup masyarakat. Pendanaan program pengembangan dan penguasaan teknologi dirgantara tersebut dapat diberikan oleh pemerintah dalam bentuk prioritas pemerintah dengan melibatkan pendanaan APBN.
Pemerintah juga dapat melibatkan swasta dan BUMN dalam proyek pembangunan kedirgantaraan. Pembangunan kedirgantaraan yang telah dilakukan selama ini oleh BUMN & swasta dengan wujud industrialisasi dan komersialisasi perlu terus didorong dan ditingkatkan. Untuk meningkatkan peran tersebut kondisi yang kondusif serta kemudahan dapat diciptakan oleh pemerintah. Kondisi yang kondusif ini tidak hanya berupa kebijakan ataupun instrumen hukum tetapi tidak kalah pentingnya bahwa pemerintah perlu membangun infrastruktur yang memungkinkan masyarakat swasta terlibat dalam industrialisasi dan komersialisasi kedirgantaraan dengan memanfaatkan infrastruktur yang diciptakan tersebut.
Bentuk-bentuk pendanaan lain yang dapat dioptimalkan dalam program penguasaan teknologi selain pendanaan dalam negeri adalah dengan pelibatan pendanaan pihak ketiga dalam kerangka kerjasama Selatan-Selatan yaitu melalui mekanisme triparty seperti dalam Colombo Plan dan Kerjasama Teknik Antar Negara Berkembang (KTNB). Pendanaan pihak ketiga tersebut yaitu melalui dukungan dana dari negara-negara maju serta lembaga-lembaga keuangan internasional seperti World Bank, IMF dan UNDP. Dengan optimalisasi pendanaan tersebut diharapkan kebuntuan atas masalah pendanaan program penguasaan teknologi dirgantara di Indonesia dapat diatasi.
KESIMPULAN
Keberhasilan pengembangan teknologi kedirgantaraan yang mampu menunjang tercapainya tujuan nasional bangsa Indonesia maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Pengaruh Globalisasi memungkinkan ketergantungan antar negara dalam semua aspek kehidupan akan semakin kuat. Pengembangan dan penguasaan teknologi canggih yang menjadi karakteristik utama teknologi kedirgantaraan tidaklah mudah untuk dikuasai dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus mengejar ketertinggalannya di dalam teknologi kedirgantaraan dalam waktu yang relatif cepat terutama dalam bidang satelit dan roket, melalui proses alih teknologi yang dapat dicapai dengan melakukan kerjasama strategis dengan mitra dari negara lain tanpa mengganggu kepentingan nasional.
2. Keberhasilan program penguasaan teknologi dirgantara nasional sangat ditentukan pula oleh peran pemerintah pada sisi pendanaan. Peran pemerintah sebagai sumber pendanaan pada saat ini dan masa mendatang bagi pengembangan dan penguasaan teknologi kedirgantaraan sangat diperlukan. Hal ini dapat dilakukan melalui prioritas pemerintah dengan melibatkan pendanaan APBN. Di samping itu usaha-usaha pelibatan pihak swasta asing atau domestik, BUMN dan kemitraan antara BUMN dan swasta (asing dan dalam negeri) dalam bidang pengembangan dan penguasaan teknologi kedirgantaraan perlu dilakukan sejauh tidak mengganggu kepentingan nasional bangsa Indonesia.
3. Dalam upaya mempercepat proses penguasaan teknologi kedirgantaraan melalui pola kerjasama dengan mitra asing, maka dapat dilakukan melalui kerjasama teknik antar negara berkembang, pemanfaatan forum-forum internasional (GNB dan D-8), kerjasama bilateral antar negara sedang berkembang, dan pembentukan pilot project di bidang kedirgantaraan.
4. Perkembangan teknologi pada umumnya akan membawa implikasi hukum pada penggunanya, terutama bila kepentingan strategis para pengguna mengalami konflik antara satu dengan yang lainnya. Konflik kepentingan ini dapat meliputi para individu pengguna teknologi baru maupun meliputi konflik kepentingan nasional antar negara. Untuk menghindari dampak negatif dari perkembangan dan penguasaan teknologi kedirgantaraan terhadap kepentingan nasional, maka Indonesia perlu menyusun perangkat hukum yang mengatur pelaksanaan penguasaan teknologi kedirgantaraan yang jelas dan tegas serta bersifat antisipatif.
sALam pErDaMaiAn...
Wednesday, February 13, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment